Kamis, 17 Februari 2022

Puisi

Terlena

Buya Hamka

waktu berlalu begitu halus menipu kita yang terlena

 

belum sempat berzikir di waktu pagi, hari sudah menjelang siang,

belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi.

 

niat pukul 9.00 pagi hendak salat duha, tiba-tiba azan zuhur sudah terdengar

 

teringin setiap pagi membaca 1 juz Al-Qur’an, menambah hafalan satu hari satu ayat, itu pun tidak dilakukan.

 

rancangan untuk tidak akan melewatkan malam kecuali dengan tahajud dan witir, walau pun hanya 3 rakaat, semua tinggal angan-angan

 

beginikah berterusannya nasib hidup menghabiskan umur? berseronok dengan usia?

 

lalu tiba-tiba menjelmalah usia di angka 30, sebentar kemudian 40, tidak lama terasa menjadi 50 dan kemudian orang mula memanggil kita dengan panggilan “Tok Wan, Atok…Nek” menandakan kita sudah tua

 

lalu sambil menunggu sakaratul maut tiba, diperlihatkan catatan amal yang kita pernah buat

 

astagfirullah, ternyata tidak seberapa sedekah dan infak cuma sekedarnya, mengajarkan ilmu tidak pernah ada, silaturahmi tidak pernah buat

 

justru, apakah roh ini tidak akan melolong, meraung, menjerit menahan kesakitan di saat berpisah daripada tubuh ketika sakaratul maut?

 

tambahkan usiaku ya Allah, aku memerlukan waktu untuk beramal sebelum Kau akhiri ajalku

 

belum cukupkah kita menyia-nyiakan waktu selama 30, 40, 50 atau 60 tahun?

 

perlu berapa tahun lagikah untuk mengulang pagi, siang, petang dan malam, perlu berapa minggu, bulan, dan tahun lagi agar kita bersedia untuk mati?

 

kita tidak pernah merasa kehilangan waktu dan kesempatan untuk menghasilkan pahala, maka 1000 tahun pun tidak akan pernah cukup bagi orang-orang yang terlena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resiko Murtad

Oleh Ustadz Imam Wahyudi Lc  Islam adalah anugerah yang tiada tara. Satu-satunya agama yang diridhai oleh Allâh Azza wa Jalla di dunia dan a...